Sterilisasi dan Teknik Aseptik
1.
Sterilisasi
Untuk
menelaah mikroorganisme di laboratorium, kita harus dapat menumbuhkan mereka.
Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan bantuan manusia.
Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat yang
disebut media. Untuk melakukan hal ini, haruslah dimengerti jenis-jenis nutrien
yang diisyaratkan oleh bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang menyediakan
kondisi optimum bagi pertumbuhannya.
Alat-alat
yang digunakan dalam perkembangbiakan inipun harus disterilisasikan terlebih
dahulu. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak ada mikroorganisme lain, yang tidak
diinginkan tumbuh dalam media tersebut, sehingga dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang akan dibiakkan dalam media tersebut.
Agar
biakan bakteri dapat dibuat, maka media dan alat-alat yang diperlukan harus
disterilisasi sebelum inokulasi. Sterilisasi yaitu suatu proses untuk mematikan
semua organisme yang dapat menjadi kontaminan. Metode yang lazim digunakan
untuk mensterilisasikan media dan alat-alat ialah dengan pemanasan. Jika panas
digunakan bersama-sama dengan uap air disebut sterilisasi basah (menggunakan
autaklaf), sedangkan jika tanpa uap air disebut sterilisasi kering (menggunakan
oven) (Mila Ermila, 2005).
Dalam
proses sterilisasi dikenal beberapa cara atau metode, yaitu dengan menggunakan
uap yang mendidih untuk beberapa menit saja, yang kedua dengan menggunakan
autoklaf, atau yang ketiga dengan
penyaringan atau filtrasi. Dalam proses sterilisasi dan penyiapan media ini,
kita harus memperhatikan beberapa hal, tujuannya adalah agar bahan
yang kita siapkan tidak terkontaminasi oleh mikroba yang tidak kita kehendaki.
Adanya bakteri dalam bahan pangan
dapat mengakibatkan pembusukan yang tidak diinginkan atau dapat menimbulkan
penyakit yang ditularkan melalui makanan atau dapat melangsungkan fermentasi.
Pada kenyataanya sedikit sekali lingkungan yang bersih dari bakteri. Bahan
pangan selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga merupakan sumber makanan
bagi perkembangan mikroorganisme.Tidak hanya bakteri yang menggunakan bahan
makanan untuk hidup dan berkembang tetapi juga jamur dan kapang. Untuk itu
diperlukan langkah-langkah untuk membuat makanan tetap awet dan bebas dari
kontaminasi mikroba patogen.
Sterilisasi
dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari semua
kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha
mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat (insitu) oleh panas (kalor), gas-gas
seperti formaldehide, etiloksida atau betaprolakton oleh bermacam-macam larutan
kimia. Mikroorganisme juga dapat disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi
kecepatan tinggi atau oleh filtrasi (Irianto, 2006).
Untuk mensterilkan media dapat dilakukan
dengan autoklaf, yaitu alat serupa
tangki minyak yang dapat diisi dengan uap. Media yang akan disterilkan ditempatkan
didalam autoklaf selama 15 sampai 20
menit. Suatu bahan disebut steril apabila bahan tersebut bebas dari
mikroorganisme. Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu: cara
kimia, mekanik atau fisik.Sterilisasi cara kimia. Bahan/senyawa kimia yang
memiliki sifat membunuh mikroorganisme dapat digunakan untuk sterilisasi (desinfektan),
misalnya dibidang kedokteran. Contohnya alkohol 70%, detergen, karbon, lisol,
merkurokhrom dan lain-lain.Sterilisasi cara mekanik. Sterilisasi ini dilakukan
dengan menggunakan alat penyaring yang sangat halus, dengan lubang berdiameter
0,02 – 0,45 mikron, misalnya Seitz
filter, Chamberland filter, milipore, dan lain-lain.Sterilisasi cara fisik.
Umumnya dilakukan dengan cara pemanasan pada suhu tinggi. Salah satu contohnya
adalah menggunakan autoklaf, disterilkan pada suhu 121 °C dengan tekanan 1.5
Kg/cm (15 lbs) dalam jangka waktu tertentu tergantung pada bahan yang
disterilkan. Autoclaf, yaitu alat serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan
uap. Medium yang akan disterilkan ditempatkan didalam autoclave selama 15
sampai 20 menit.
Cara
sterilisasi yang dipakai tergantung pada macamnya bahan dan sifat bahan yang
disterilkan (ketahanan terhadap panas, bentuk yang disterilkan, padat, cair
ataupun gas). Penyelidikan suatu spesies mikroorganisme selalu didasarkan atas
sifat biakan murni dari spesies mikroorganisme tersebut. Oleh karena itu, untuk
dapat memisahkan kegiatan mikroorganisme yang satu dengan yang lain atau untuk
memelihara mikroorganisme secara biakan murni, perlu digunakan alat-alat dan
medium yang steril (Muhiddin, 2007).
Sterilisasi dan penyiapan media ini sangat penting dalam
sebuah pengamatan mikroba, karena keberhasilan dalam pengamatan sangat tergantung
dari keberhasilan kita mensterilisasi dan persiapan media. Sterilisasi sangat
penting karena pada saat inilah kita akan membunuh mikroba kontaminan yang akan
menghambat atau mengganggu mikroba yang akan kita amati. Sedangkan persiapan
media sangat penting, sebab media yang tidak baik akan menghambat pertumbuhan
mikroba yang akan kita amati. Konsentrasi media yang akan kita buat harus kita
sesuaikan dengan mikroba yang akan kita tumbuhkan, karena tidak semua mikroba
dapat tumbuh dalam media yang sama. Antara satu mikroba dengan mikroba yang
lain tentu saja membutuhkan media yang berbeda-beda, kalaupun sama medianya
tapi konsentrasi yang dibutuhkan belum tentu juga sama. Ada beberapa mikroba
yang dapat tumbuh dalam satu media dengan konsentrasi media yang sama, oleh
karena itu dalam pengamatan ini, kita berusaha untuk menumbuhkan beberapa jenis
mikroba dalam media yang sama.
Sterilisasi dan penyiapan media adalah salah satu proses
yang sangat penting dalam penelitian tentang mikroorganisme. Sebab kedua faktor
ini adalah kunci utama kesuksesan dalam tahap pengamatan. Kita ketahui bahwa di
alam semesta ini banyak sekali bertebaran mikroorganisme, mereka hampir
terdapat disemua tempat. Tidak heran jika kita bisa terkontaminasi dimana saja,
meskipun kita menganggap tempat tersebut sudah steril.
Keberhasilan dalam pengamatan mikroba ini sangat bergantung
pada bagaimana kita mensterilkan alat, dan bagaimana komposisi media yang kita
buat. Sebab komposisi media juga menentukan tingkat keberhasilan mikroba tersebut
tumbuh dalam media. Sehingga kedua hal ini harus benar-benar diperhatikan
ketika kita akan membiakkan mikroba didalam laboratorium, sebab jika
terkontaminasi sedikit saja, maka kemungkinan gagal akan sangat besar.
Media dan alat-alat
yang digunakan dalam inokulasi itu tidak steril. Misalnya kita tidak memperoleh
piaraan bakteri yang kita inginkan. Maka langkah-langkah pertama yang harus
kita ambil sebelum kita mengadakan inokulasi ialah mengusahakan sterilnya
medium berupa alat-alat perlengkapannya. Lagi pula, kita harus mengusahakan
teknik inokulasi.
Dalam proses praktikum sebelum kita menuju kepersiapan
media, maka yang harus kita lakukan lebih dahulu adalah sterilisasi.
Sterilisasi ini berlaku dimana saja terutama yang berkaitan dengan kesehatan
dan mikroorganisme. Dalam pelaksanaan operasi dalam dunia kedokteran, semua
alat yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu. Tujuanya agar alat-alat
tersebut benar-benar steril dan bersih dari mikroorganisme yang membahayakan,
terutama bagi pasien yang akan dioperasi.
Sterilisasi yang kita lakukan dalam pengamatan ini ditujukan
agar alat-alat tersebut steril dari mikroorganisme lain yang akan menjadi
kontaminan bagi mikroba yang akan kita tumbuhkan. Sterilisasi yang kita lakukan
adalah sterilisasi panas basah dengan menggunakan autoklaf. Sterilisasi ini
selain bertujuan untuk menjaga mutu kebersihan dan pengamatan di laboratorium
juga bertujuan untuk menjaga agar mikroba yang akan kita amati adalah
benar-benar mikroba yang kita inginkan.
Tujuan
utama proses panas adalah untuk merancang kondisi pemanasan sehingga
menghasilkan makanan kaleng yang steril komersial. Berbeda dengan sterilisasi
total, dalam sterilisasi komersial masih terdapat beberapa mikroba yang masih
dapat tumbuh dan hidup setelah pemberian panas (sterilisasi). Pemberian panas
yang tidak mencukupi akan meningkatkan resiko terjadinya kerusakan karena
mikroba yang masih ada dan yang hampir mati akan aktif kembali dan tumbuh di
dalam produk. Proses pemanasan yang diperlukan untuk sterilisasi makanan kaleng
diantaranya tergantung pH produk tergolong makanan bersifat asam, yaitu yang
memiliki pH kurang dari 4,5 seperti misalnya sebagian besar buah-buahan dan
beberapa produk tomat, biasanya disterilkan dengan cara memanaskan coldest
point sampai mencapai 200oF (93,3oC)
(Winarno,1994:59-60).
Untuk
kebanyakan benda, panas merupakan metode sterilisasi yang paling praktis dan
efisien. Walaupun tidak seorangpun mengetahui dengan tepat bagaimana panas
membunuh mikroorganisme tertentu. Kita benar-benar tahu bahwa kematian itu
terjadi dengan menghentikan satu atau lebih protein penting seperti enzim.
Jumlah panas yang diperlukan untuk mematikan mikroorganisme berbeda dari satu
organisme ke organisme lain (Wesley, 1993).
Masalah
yang sering kita hadapi dalam laboratorium adalah tingkat kesterilan alat-alat
yang akan digunakan, bahkan yang lebih parah lagi adalah alat yang akan
digunakan untuk mensterilkan benda-benda tersebut juga malah tidak berfungsi
dengan baik. Sehingga dalam hal-hal ini akan memacu tingkat kegagalan dalam
pengamatan.
Seperti yang telah dikemukakan diatas tadi bahwa sterilisasi yang dipakai pada praktikum ini adalah sterilisasi panas basah, dengan menggunakan autoklaf. Alat-alat yang akan disterilkan dalam autoklaf ini, sebelum dimasukkan ke dalam autoklaf maka harus dibungkus dengan kertas, tujuannya adalah agar tekanan yang ditimbulkan tidak sampai memecahkan alat-alat tersebut, sebab yang dimasukkan ke dalam hampir semuanya adalah alat-alat yang terbuat dari kaca.
Kita ketahui bahwa autoklav memiliki ruangan yang mampu menahan tekanan diatas 1 atm. Dalam autoklaf inilah berlangsung sterilisasi panas basah. Oleh karena itu, setelah air dalam tangki mendidih dan mulai terbentuk uap air, maka uap air ini akan mengalir ke ruang pensteril guna mendesak keluar semua udara didalamnya. Jika seandainya masih ada udara yang tersisa, maka udara ini akan menambah tekanan didalam ruang pensteril yang akan mengganggu naiknya suhu dalam ruangan tersebut.
Seperti yang telah dikemukakan diatas tadi bahwa sterilisasi yang dipakai pada praktikum ini adalah sterilisasi panas basah, dengan menggunakan autoklaf. Alat-alat yang akan disterilkan dalam autoklaf ini, sebelum dimasukkan ke dalam autoklaf maka harus dibungkus dengan kertas, tujuannya adalah agar tekanan yang ditimbulkan tidak sampai memecahkan alat-alat tersebut, sebab yang dimasukkan ke dalam hampir semuanya adalah alat-alat yang terbuat dari kaca.
Kita ketahui bahwa autoklav memiliki ruangan yang mampu menahan tekanan diatas 1 atm. Dalam autoklaf inilah berlangsung sterilisasi panas basah. Oleh karena itu, setelah air dalam tangki mendidih dan mulai terbentuk uap air, maka uap air ini akan mengalir ke ruang pensteril guna mendesak keluar semua udara didalamnya. Jika seandainya masih ada udara yang tersisa, maka udara ini akan menambah tekanan didalam ruang pensteril yang akan mengganggu naiknya suhu dalam ruangan tersebut.
Alat-alat
dan bahan yang akan kita sterilkan sebaiknya ditempatkan dalam beberapa botol
yang lebih kecil daripada dikumpulkan dalam sebuah botol yang lebih besar.
Setelah pintu autoklaf ditutup rapat, barulah kran pipa uap dibuka, dan temperatur
akan terus menerus naik sampai 1210C. Biasanya autoklaf sudah diatur
sedemikian rupa, sehingga pada suhu tersebut, tekanan yang ada 1 atmosfer per 1
cm2. Perhitungan waktu 15 atau 20 menit dimulai sejak termometer
pada autoklaf menunjuk 1210C. Setelah cukup waktu, maka kran uap
ditutup, dan dengan demikian suhu mulai turun sedikit demi sedikit. Autoklaf
tidak boleh dibuka sekonyong-konyong, hal ini ditujukan untuk sterilisasi yang
jika menggunakan botol dan botol tersebut berisi bahan, maka tidak boleh dibuka
sekonyong-konyong agar isi botol tidak meluap kemana-mana. Sebaiknya kita
menunggu sampai manometer menunjuk angka 0, barulah autoklaf dibuka.
Pendinginan dilakukan sedikit demi sedikit.
Selain
sterilisasi panas basah ada juga sterilisasi panas kering. Sterilisasi dengan
cara ini adalah dengan menggunakan oven atau dengan pembakaran. Alat-alat yang
akan disterilkan ditempatkan dalam oven pada suhu 160 – 1800C.
Sterilisasi panas kering ini caranya adalah alat-alat yang akan kita gunakan
dimasukkan dalam oven, karena tingkat efektifitasnya kurang maka waktu yang dibutuhkan
cukup lama yaitu sekitar 1 – 2 jam. Hal ini disebabkan daya penetrasi panas
kering tidak sebaik pada panas basah. Sterilisasi panas kering ini cocok untuk
alat gelas atau kaca seperti, cawan petri, tabung reaksi, gelas ukur, dan
lain-lain. Selain dimasukkan dalam oven, ada juga yang dibakar secara langsung.
Tetapi pembakaran secara langsung ini hanya umumnya hanya bisa digunakan pada
jarum ose. Tingkat keberhasilan dari pembakaran secara langsung ini biasanya
mendekati 100%.
Setelah
semua alat-alat disterilisasi dan telah dikeluarkan dari autoclaf, maka tahapan
selanjutnya adalah penyiapan media. Media yang akan dibuat ada dua jenis yaitu
media NA (Nutrient Agar), dan PDA (Potato Dextroksa Agar). Perbedaan kedua
jenis media ini adalah terletak pada bahan dasarnya. Jika media NA menggunakan
ekstrak daging dan agar, maka PDA menggunakan ekstrak kentang. Kedua media ini
harus dipanaskan terebih dahulu, selanjutnya disimpan didalam kulkas. Tujuan
dari penyimpanan ini adalah agar medianya tidak rusak.
Tidak semua mikroba dapat tumbuh dalam kedua media ini, ada beberapa jenis mikroba tertentu yang membutuhkan media lain agar bisa tumbuh dan diamati. Tetapi kedua media ini adalah media standar yang banyak digunakan di laboratorium-laboratorium mikrobiologi.
Tidak semua mikroba dapat tumbuh dalam kedua media ini, ada beberapa jenis mikroba tertentu yang membutuhkan media lain agar bisa tumbuh dan diamati. Tetapi kedua media ini adalah media standar yang banyak digunakan di laboratorium-laboratorium mikrobiologi.
1.
Cara Untuk
Mensterilkan Media
a)
Dalam abad 18 orang
mensterilkan media cukup dengan mendidihkan media tersebut selama beberapa
jamdengan jalan ini maka matilah semua benih kehidupan. Cara yang demikian ini
dilakukan oleh Spallanzani (tahun 1729-1799) untuk membuktikan tidak mungkinnya
abiogenesis.
b)
Tyndallisasi. Metode
ini merupakan mendidihkan media dengan uap untuk beberapa menit saja. Sehabis
didiamkan satu hari selama itu spora-spora sempat tumbuh menjadi bakteri vegetatif maka medium tersebut dididihkan lagi selama
beberapa menit. Akhirnya pada hari ketiga, medium tersebut di didihkan sekali
lagi. Dengan jalan demikian ini di peroleh medium yang sterildan lagi pula,
zat-zat organik
yang terkandung di dalamnya mengalami banyak perubahan seperti halnya pada (a).
c)
Dengan
autoklaf , yaitu
alat berupa tangki minyak yang dapat di isi dengan uap. Medium yang akan di
sterilkan ditempatkan di dalam autoklaf ini selama 15 sampai 20 menit; hal ini
bergantung pada banyak sedikitnya barang yang perlu di sterilkan. Medium yang
akan di sterilkan itu lebi banyak di tempatkan dalam beberapa botol yang gak
kecil daripada di kumpul dalam satu botol yang besar. Setelah pintu autoklaf di
tutup rapat, barulah kran pada pipa uap dibuka, dan temperatur akan terus
menerus naik sampai 1210C. Biasanya autoklaf suda diatur demikian rupa, sehingga pada suhu tersebut,
tekanan ada sebesar 15 lbs (pounds)per inch persegi yang berarti 1 atmosfer per
1 cm2 . Perhitungan waktu 15 atau 20 menit itu di mulai semenjak
termometer pada autoklaf menunjuk 1210C. Setelah cukup waktu, maka
kran uap di tutup,dan demikian akan kita saksikan,bahwa suhu mulai turun
sedikit demi sedikit,demikian pula manometer. Autoklaf tidak bole di buka sekonyong-konyong. Jika di
perbuat demikian, maka isi botol yang ada di dalam autoklaf akan meluap
kemana-mana. Baiklah kita menunggu sampai manometer menunjukan 0, barulah
autoklaf kita buka. Pendinginan di
lakukan sedikit demi sedikit. Jika medium mengandung fitamin, gelatin atau
bangsa gula, maka setelah sterilisasi sependek- pendeknya dalam autoklaf,
medium tersebut haruslah segera didinginkan sesudanya dikeluarkan dari
autoklaf. Perbuatan ini perlu untuk menghindarkan terurainya zat-zat tersebut.
Media yang suda steril
dapat disimpan dalam al mari es.
d)
Dengan
penyaringan (filtrasi). Medium di saring
dengan saringan ponselin atau dengan tana diatom. Dengan jalan ini, maka
zat-zat organik tidak akan mengalami penguraian sama sekali. Hanya sayang,
virus tak dapat terpisah dengan penyaringan semacam ini. Oleh karena itu
sehabis penyaringan media
masih perlu dipanasi dalam
autoklaf, meskipun tidak
selama 15 menit dengan temperatur 1210C. Penyaringan dapat dilakukan
juga dengan saringan yang dibuat dari asbes. Saringan ini lebih murah dan lebih muda
penggunaannya dari pada saringan porselin. Saringan asbes dapat dibuang
setelah dipakaidan terlalu sulit untuk dibersihkan.
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu secara mekanik, fisik
dan kimiawi (Indra, 2008):
1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi)
menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45
mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan
untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan
antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan
& penyinaran.
• Pemanasan
• Pemanasan
a.
Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh
alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b.
Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas
kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung
reaksi dll.
c.
Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air
lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d.
Uap air panas bertekanan: menggunakan autoklaf. Adapun cara menggunakan
autoklaf adalah sebagai berikut:
1) Autoklaf Manual
a)
Mengisi autoklaf dengan air hingga dekat sarang.
b)
Memasukan bahan-bahan (medium) atau peralatan yang akan
disterilkan.
c)
Membiarkan klep uap terbuka, menyalakan autoklaf.
d)
Bila dari klep uap terdapat cairan yang menetes, berarti
ruang dalam autoklaf telah jenuh dengan uap air. Menutup klep uap tersebut.
e)
Membiarkan autoklaf menyala hingga tercapai suhu 121C dan
tekanan 15 lbs. lalu pertahankan selama 15-20 menit.
f)
Setelah 15-20 menit pada tekanan uap lbs, mematikan
autoklaf, menunggu tekanan menurun selama 5-5-10 menit.
g)
Membuka klep berlahan-lahan, mengeluarkan uap hingga tekanan
kembali nol.
2) Autoklaf
Otomatis
a)
Mengisi autoklaf dengan aquades sampai batas yang
ditentukan.
b)
Memeriksa juga tempat buangan air diluar autoklaf, jangan
sampai isinya berlebihan atau kurang.
c)
Memasukan medium dan alat-alat yang akan disterilkan.
d)
Menutup autoklaf rapat-rapat, memeriksa tombol penutupagar benar
pada posisi batas akhir ‘close’.
e)
Menyalakan autoklaf, mengatur suhu, tekanan dan waktu
sterilisasi yang diinginkan. Sterilisasi yang umum adalah 1000C.
tekanan 15 lbs selama 15 menit.
f)
Menekan tombol star, membiarkan hingga tanda bunyi kedua
yang menunjukan bahwa kondisi sterilisasi telah tercapai dan tekanan uap dalam
autoklaf telah kembali nol.
g)
Membuka autoklaf dan mengambil isinya yang telah steril.
Gambar 1.1 Autoklaf
• Penyinaran dengan
UV
Sinar
Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan
disinari lampu UV.
3. Sterilisasi
secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.
4. Pensterilan Gelas-gelas
Gelas, botol,
pipa, pipet yang sudah bersih tidak disterilkan dalam autoklaf karena
barang-barang tersebut akan tetap basah
sehabis sterilisasi. Alat-alat dari gelas dimasukan dalam oven kerbing selama 2
– 3 jam pada temperatur 1600-1700C; hal ini bergantung
pada banyak sedikitnya muatan yang dimasukkan dalam oven. Kapas masih dapat
bertahan dalam oven kering selama waktu dan pada temperature seperti tersebut
diatas. Alat-alat yang belum bersihdan belum kering tidak boleh dimasukkan
dalam oven kering. Pensterilan alat-alat dapat pula dilakukan dengan gas etilen
oksida. Hal ini harus dikerjakan dengan hati-hati, karena ada bahaya letusan.
Gambar
1.2 Oven
2.
Teknik Aseptik
Sebelum benar-benar dilakukan proses
kultur mikroorganisme, pertama kali kita harus mempertimbangkan bagaimana agar
tidak terjadi kontaminasi. Mikroorganisme ada dimana-mana. Karena ukurannya
yang sangat kecil, mereka mudah lepas dalam udara dan permukaan. Maka dari itu,
kita harus mensterilisasikan medium kultur secepatnya setelah preparasi untuk
pemindahan mikroorganisme. Bagaimanapun, itu sama pentingnya untuk tindakan
pencegahan sampai penanganan berikutnya media kultur harus tetap steril. Materi lain yang akan
kontak juga harus tetap terjaga kesterilannya (Cappuccino, 1983).
Pekerjaan memindahkan bakteri dari
media yang lama ke media yang baru minta banyak ketelitian. Terlebih dahulu
harus diusahakan agar semua alat-alat
yang ada sangkut paut dengan media dan pekerjaan inokulasi itu benar-benar
steril; ini untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroorganisme yang
tidak kita inginkan.
Teknik yang digunakan dalam pencegahan
kontaminasi hingga kultur manipulasi dan media kultur steril disebut teknik
aseptik. Keunggulan itu dibutuhkan dalam keberhasilan laboratorium
mikrobiologi, dan salah satu cara belajar dengan pendamping mikrobiologi. Kontaminasi udara paling sering menjadi
masalah karena udara selalu kontak dengan partikel debu dan umumnya banyak
komunitas mikroorganisme didalamnya. Ketika wadah dibuka maka segera ditangani
agar tidak terkontaminasi dengan udara sekitar. Transfer aseptik pada kultur
dari salah satu media ke media yang lain harus lihai dengan loop inokulasi atau
jarum harus disterilkan oleh pembakaran pada nyala api. Dalam pertumbuhan
kultur dibutuhkan tempat yang mudah dipindahkan ke permukaan agar datar, dimana
pertumbuhan suatu koloni berasal dari pertumbuhan dan pembelahan sel
tunggal(Cappuccino, 1983).
A.
Menyiapkan Ruangan
Ruang
tempat inokulasi itu kecil, bersih, dan bebas angin. Dinding ruang yang basah
menyebabkan butir-butir debu menempel kepadanya. Pada waktu mengadakan
inokulasi, baik sekali jika meja tempat inokulasi itu didasari dengan kain
basah. Pekerjaan inokulasi dapat dilakukan juga didalam suatu kota. Berkaca
(entkas). Dalam laboratorium untuk membuat vaksin, serum dan sebagainya, udara
yang masuk ke dalam itu dilewatkan saringan yang disinari dengan sinar
ultra-umum.
B.
Pemindahan Dengan
Kawat Inokulasi
Ujung kawat inokulasi sebaiknya
dari platina atau dari nikrom; ujung itu boleh lurus, boleh juga berupa
kolongan yang berdiameter 1-3mm. Lebih dahulu ujung kawat ini dipijarkan,
sedang sisanya sampai tangkai cukup dilewatkan nyala api saja. Setelah dingin
kembali, ujung kawat itu disentuhkan suatu koloni. Mulut tabung tempat
pemiaraan itu dipanasi juga setelah sumbatnya diambil. Setelah pengambilan
inokulum (yaitu sampel bakteri) selesai, mulut tabung dipanasi lagi ke median di
sumbat seperti semula. Ujung kawat yang membawakan inokulum tersebut digesekan
pada media baru atau pada suatu kaca benda. Kalau tujuannya membuat suatu
sediaan.
Gambar
. Teknik AseptikDenganKawatInokulasi
Gambar . Teknik AseptikDenganKawatInokulasi
C.
Pemindahan Dengan
Pipet
Cara ini dilakukan misalnya pada
penyelidikan air minum atau penyelidikan susu. Untuk itu diambillah 1 ml.
contoh untuk diencerkan dengan 99 ml air murni yang steril. Kemudian diambil 1
ml dari enceran ini untuk dicampur adukkan dengan medium agar-agar yang masih
dalam keadaan cair (suhu antara 42-450C ). Lalu agar-agar yang masih
encer ini dituangkan dicawan petri. Setelah agar-agar membeku, maka cawan petri
yangberisih piaraan baru. Itu di simpan dalam tempat yang aman, misalnya
didalam almari atau di dalam laci. Penyimpanan cawan dilakukan dengan
meletakkannya secara terbalik, yaitu permukaan medium menghadap ke bawah; ini
untuk menghindari tetesnya air yang mungkin melekat pada dinding dalam tutup
cawan. Piaraan yang diperoleh terkenal sebagai piaraan adukan. Dengan cara yang demikian ini bakteri yang
diinokulasikan dapat menyebar luas ke seluruh medium. Bakteri yang aerob maupun
yang anaerob dapat tumbuh dan banyaknya koloni dapat dihitung dengan mudah.
Pengenceran 1 ml sampel dengan 99 ml air murni itu tidak mutlak, hal ini
tergantung kepada keadaan air atau susu yang akan selidiki.
D. Teknik aseptik Membuka Tabung Reaksi
E.
Teknik aseptikpada Pembuatan
Media
Gambar
. Teknik Aseptikpada Pembuatan Media
Teknik aseptik Inokulasi Kultur
Gambar
Tenik aseptik pada waktu pour plate
DAFTAR
PUSTAKA
Lay. B. W. 1994. Analisis Mikrobiologi da Laboraorium. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Muhiddin, 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Haluoleo. Kendari.
Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.
Waluyo. 2005. Mikrobiologi Umum. UMPress. Malang.
Wesley & Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar jilid I. Erlangga. Jakarta
Diposkan
oleh warna di 01.54.
http://retno2005biologi.blogspot.com/2010/04/sterilisasi-dan-penyiapan-media.html.Rabu, 07 April 2010.
Bet365 Casino India - JT Hub
BalasHapusAll you 군산 출장안마 need to know about 문경 출장샵 Bet365 casino. the latest deposit 논산 출장마사지 bonus, free spins, slots 거제 출장마사지 and more. Bet365 Casino India. Bet365 Casino India. Bet365 Casino India. 광주광역 출장샵